Kamis, 29 Oktober 2009

Pelajar Tanjungpinang Berduel Pantun

Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Untuk duel yang satu ini, Pemerintah Kota Tanjungpinang sangat mendukung, bahkan bagi sipemenang dari duel tersebut akan mendapatkan hadiah. Pertarungan yang dilaksanakan pada 22 – 28 Oktober akan melibatkan seluruh pelajar yang ada di Tanjungpinang, mengingat duel ini sangat penting karena pelajar di negeri kota Pantun : Tanjungpinang harus mengenal lebih dalam karya sastra hebat melayu berupa pantun ini.

Menurut panitia, pantun harus dibudidayakan diseluruh lapisan kalangan masyarakat, mengingat dengan pantun penyampaian maksud dan kehendak terkesan akan lebih santun, sekalipun penyampaian tersebut sifatnya menyindir atau mengkritisi.
Semenjak Tanjungpinang ditetapkan sebagai kota pantun, Walikota Tanjungpinang, Suryatati A Manan menginginkan agenda ini rutin diselenggarakan, terutama dikalangan pemuda Tanjungpinang. Pagelaran yang dilaksanakan di SMU Negeri 2 Tanjungpinang ini bersempena dengan Bulan Bahasa dengan kegiatan bertemakan “Menyelami Dunia Sastra Lewat Pantun”.

Hal tersebut disampaikan Ketua Panitia pelaksana, Tusiran Suseno usai menjabarkan agenda kegiatan bulan bahasa yang digelar Pemko Tanjungpinang. Ia juga menjelaskan pelaksanaan adu pantun ini dilaksankan di SMU Negeri 2 Tanjungpinang, karena sekolah ini satu-satunya yang memiliki fasilitas gedung bahasa.

Seirama dengan keinginan Walikota Tanjungpinang, Tusiran akan terus mensosilasikan penggunaan pantun sebagai penyampaian maksud dengan tidak mengurangi makna yang sebernanya, karena pantun akan menjadi sastra penyampain yang saat santun.

Persiapan peserta dalam duel pantun kali ini dipastikan sudah memiliki persiapan yang matang, karena sastra pantun di hampir setiap sekolah sudah menjadi muatan lokal pelajaran.

Menurutnya, ini merupakan langkah yang baik dalam upaya mempertahakan dan pengembangan budaya sastra melayu. Agar generasi muda saat ini bisa lebih mencitai sastra Melayu yang membesarkan nama budaya Melayu. “Saat ini kebiasaan penyampaian pantun memang selalu dibacakan disetiap kegiatan seremoni. Namun, acapkali pembicaran/percakapan sehari-hari kita tidak diselingi dengan kosakata yang tersusun santun dan berurut seperti pantun. Hendaknya bisa dibiasakan agar masyarakat lebih cinta dan bangga dengan penggunaan sastra Melayu ini,” kata Tusiran, yang sedikit mejabarkan agenda perlombaan yang akan ikut turut dilaksanaka yakni, cerdas cermat pantun, peraduan pantun, pembacaan puisi serta workshop. (PM/berbagai sumber)